Desa Simo baru-baru ini menggelar pagelaran wayang yang dimeriahkan dengan lakon Syekh Subakir yang dibawakan oleh dalang Ki Gutoyo Cermo Sudarmo dan Alex Budi Sabdo Utomo. Pagelaran wayang ini diselenggarakan dalam rangka memperingati bulan Suro, bulan pertama dalam kalender Jawa, yang memiliki makna spiritual dan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Jawa. Mahasiswa KKN 120 UINSA berperan aktif dalam membantu persiapan dan pelaksanaan pagelaran wayang ini.
Pagelaran wayang ini dihadiri oleh ratusan penonton dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Mereka semua menikmati pertunjukan wayang yang dibawakan dengan sangat baik oleh dalang Ki Gutoyo Cermo Sudarmo dan Alex Budi Sabdo Utomo. Lakon Syekh Subakir yang dipilih untuk pagelaran wayang ini sangat menarik dan sarat dengan nilai-nilai moral dan spiritual.
Pagelaran wayang ini tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat, tetapi juga menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan tradisi Jawa. Wayang kulit merupakan salah satu warisan budaya Jawa yang sangat berharga dan perlu dilestarikan. Dengan pagelaran wayang ini, masyarakat dapat lebih mengenal dan menghargai nilai-nilai budaya yang terkandung dalam wayang kulit.
Dengan adanya bantuan dari mahasiswa KKN 120 UINSA, pagelaran wayang ini dapat menjadi contoh kerjasama yang baik antara masyarakat desa dan perguruan tinggi. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjadi salah satu cara untuk melestarikan budaya dan tradisi Jawa. Pagelaran wayang ini juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antara masyarakat desa dan mahasiswa KKN 120 UINSA. Pemerintah desa telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk pagelaran wayang ini, sehingga dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Dengan pagelaran wayang ini, masyarakat desa berharap dapat melestarikan budaya dan tradisi Jawa, serta mempererat tali silaturahmi antara masyarakat desa. Pagelaran wayang ini juga menjadi salah satu contoh kegiatan positif yang dapat dilakukan dalam memperingati bulan Suro.